Ibu Mati Semua Tak Berfungsi
Subuh, Anak Kedua keluar dari kamarnya untuk ambil wudhu. Menengoklah ia ke kamar sebrang sebab keheranan, “Ibu kenapa belum bangun?”
Anak Kedua menepuk bahu Ibu. Dingin. Perasaannya tidak enak. Dia memanggil pelan, sampai menjerit-jerit hingga sekeluarga bangun. Tapi Ibu tetap teronggok bisu.
Kepergiannya begitu sopan, sampai mereka tidak sadar bahwa Ibu telah mati semalam.
Seratus hari terhitung sudah sejak peran “ibu” di keluarga itu pergi. Situasi kacau balau. Bahkan sejak seminggu pertama.
Bapak yang sebelum Ibu pergi saja selalu mengeluh tiap harinya, kini semakin gila-gilaan merajuknya. Duda tua itu kini main tangan. Salah setitik, Gamparan balasannya. Dua puluh empat jam tanduknya keluar.
Anak Pertama bagai patung di pameran seni. Hanya diam, tanpa berbicara barang sedikitpun. Bergerak juga tidak. Kotorannya tercecer di mana-mana. Bau tai satu rumah. Rohnya seakan ikut terkubur bersama Ibu di hari kematian wanita yang melahirkannya itu.
Anak kedua paling cerewet. Bercakap terus tanpa mengenal titik koma di kasur tempat Ibu mati. Katanya, “Ibu masih di sini. Ibu lagi tidur aja, nanti juga bangun.” Bukan cuma di ranjang, namun di seluruh bagian rumah yang jadi tempat Ibu biasa beraktivitas. Tai Anak Pertama yang dia injak pun tidak dipedulikan, yang penting dia bisa ngobrol sama Ibu. Soalnya Ibu masih di rumah.
Sementara Anak Ketiga terbilang paling ‘waras’. Sesekali dia menangis, lalu berhenti. Mengedarkan pandangan ke rumahnya yang setiap harinya makin cemong. Cairan bening di pelupuk matanya turun lagi. Tidak layak huni. Kandang kuda pun masih lebih bagus dari ini.
Ibu menyaksikan dari atas, ditemani pencipta-Nya. Bersujud seribu kali Ibu memohon untuk dikembalikanlah jiwanya kepada raga yang bersemayam di bawah tanah.
Namun ditolaklah permintaan itu.
“Biarlah engkau beristirahat. Urusan duniawimu sudah selesai. Biar saja mereka belajar hidup tanpamu. Selama ini, kamu sudah cukup mengurusi mereka semua.”
Mutlak, tidak terbantahkan. Ibu merana, masih berusaha mengais tumpukkan tanah walau tau itu sia-sia.
Ibu mati, semua tak berfungsi. Mereka telah rusak permanen. Bahkan dianggap sebuah keajaiban sebab keluarga ini ‘bertahan’ seratus hari tanpa Ibu.
-C, 22/08/2023