Mas, Istri, dan Hujan Lebat
DERASNYA air turun membasuh tanah yang dipijak para manusia. Sejak kemarin tak berhenti, membuat pria yang duduk di dalam vila sewaan paham akan penamaan kota yang sedang disinggahinya. Kota Hujan. Tidak salah memang.
Sang Pria Jangkung sudah tiba beberapa minggu lalu, ia tinggal karena harus menyelesaikan beberapa perkara di sini. Lelaki itu menekan tombol strip pada remote tv, menandakan volume di layar pipih itu mengecil. Kemudian dirinya kembali fokus pada benda elektronik di hadapannya. Hingga tak berselang lama, ketukan pintu yang buru-buru menghamburkan konsentrasinya. Pria tersebut bangkit, segera menuju pintu utama vila.
Mulut Pria Jangkung itu melengkung lebar ke atas, tak perlu berpikir dua kali untuk merengkuh wanita kesayangan di depannya. “Aku pikir, kamu baru akan sampai nanti malam,” ucap si Pria Jangkung.
“Kukira juga begitu, Mas,” jawab wanita yang masih berada dipelukan suaminya.
Istri si Pria Jangkung memang sudah berjanji untuk mengunjunginya hari ini. Namun ia tak menyangka, wanita tersebut akan sampai lebih cepat dari dugaannya.
Si Mas mengendus rambut sang Istri. Wangi, seperti biasanya. Namun aroma kali ini bukan sandalwood, melainkan sesuatu yang lebih semerbak dari itu. Entah bagaimana menjelaskannya, tapi si Mas suka.
“Mas, dingin di sini,” si Istri berucap pelan. Membuat lelaki yang dipanggil ‘Mas’ itu melepaskan dekapannya, dan mengajak untuk masuk.
Si Mas berjalan bersisian bersama istrinya menuju kamar. Tak acuh pada layar pipih yang tengah memutar berita kecelakaan lalu lintas akibat hujan deras, dan menewaskan seorang wanita.
-C, 24/10/2022