Saya Putus Asa
Berteriak sampai urat leher putus pun percuma, dunia selalu tutup telinga.
Adu tonjok melawan takdir hanya bikin Pencipta Semesta tertawa. Dipikir-Nya sedang bercanda.
Menjerit bersimpuh pada Tuhan maupun tuan sampai harga diri terbirit-birit ialah sia-sia.
Mana rela secercah cahaya menyapa. Hanya meranalah yang pada akhirnya tiba.
Buncahan larutan bening atau merah dari pelupuk mata juga tak merubah nasib siapa-siapa.
Kemarau, hujan, kemarau, hujan, terlewati. Tapi kali ini, tidak sanggup lagi.
Satu persatu banda gugur. Bendera putih perlahan muncul, berkibar dengan masyhur.
Tanpa setitik rasa ikhlas ia bertanya, “Kenapa selalu koma? Saya maunya pakai titik supaya tidak berlanjut tanpa jeda.”
Kebingungan tanpa pembahasan terkubur. Bunga ditabur, untuk merayakan gelora yang gugur.
Saya resmi mundur.
-C, 25/08/2023